Biografi Al Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad Al Aydrus
Beliau adalah Ad Da'i ilallah
Al Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Alaydrus, salah seorang ulama
kharismatik yang disegani di Malang. Beliau lahir di Malang pada 21 Juli 1953.
Pendidikan dasarnya diperoleh di Madrasah Ibtidaiyah At-Taraqqie, Malang, yang pada saat itu dikelola pamannya sendiri, Al Ustadz Al Habib Alwi bin Salim Al-Aydrus.
Selesai dari Madrasah Ibtidaiyyah, beliau melanjutkan pendidikan Tsanawiyah di Ponpes Darul Hadits Al-Faqihiyyah Malang. Di pondok pesantren ini, beliau belajar dasar-dasar ilmu hadits langsung dari Al Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfagih yang di kemudian hari menjadi mertuanya.
Selepas dari Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah, sekitar tahun 1977, Al Habib Sholeh Bin Ahmad Al Aydrus mendapat tawaran beasiswa dari negeri Yordania dan Libya. Namun putra (alm.) Al Habib Ahmad Bin Salim Al Aydrus ini tidak menerima tawaran beasiswa tadi. Beliau justru memutuskan berangkat ke Makkah Al Mukarramah untuk berguru kepada As Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani.
Ihwal dipilihnya Makkah sebagai tempat tholabul 'ilmi (menuntut ilmu) tidak terlepas dari isyarah dari Al Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid (Tanggul) yang menyuruh Al Habib Sholeh pergi ke Makkah Al Mukarromah. "Tuntutlah ilmu ke Habibmu di Madinah Al Munawarrah," kata Al Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid kepada beliau yang masih ada ikatan keluarga. Yang dimaksud habib di sini adalah Rasulullah SAW.
Sehari setelah mendapat isyarah dari Al Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid, beliau diberitahu pamannya bahwa dirinya sudah ditunggu oleh Abuya Al Maliki di Makkah. Akhirnya berangkatlah Al Habib Sholeh meninggalkan Indonesia untuk berguru kepada Al-Imam As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki.
Begitu sampai di Makkah Al Habib Sholeh sangat senang karena bisa bertemu dengan Abuya As Sayyid Muhammad Al Maliki, salah satu ulama Ahlussunnah yang sangat dihormati.
Saat bertemu gurunya itu, Abuya Al Maliki berkata kepada Al Habib Sholeh, "Aku melihat pada diri kamu ada pancaran cahaya ilmu,". Ungkapan Abuya Al Maliki ini merupakan isyarah bahwa Al Habib Sholeh dianggap mampu menerima ilmu yang akan diberikan oleh Abuya Al Maliki sekaligus menjadi penyeru ummat di kemudian hari. Sebab ada riwayat yang menyebutkan bahwa Abuya Al Maliki memiliki kemampuan membaca seseorang. Abuya Al Maliki hanya menerima murid baru berdasarkan isyarah yang beliau peroleh.
Karena tinggal di kediaman Abuya Al Maliki cukup lama, Al Habib Sholeh
faham betul kepribadian agung Abuya Al Maliki. Bagi Al Habib Sholeh Abuya Al
Maliki adalah guru yang sangat arif. Meskipun Abuya Al Maliki bermadzhab
Maliki, kenyataannya Abuya Al Maliki juga faham Madzhab Syafi’i.
Istilah sekarang, Abuya Al Maliki sangat toleran dengan perbedaan. Selain itu, kalau ada murid yang baru datang ke Makkah, Abuya Al Maliki pasti mengajaknya ke makam Rasulullah di Masjid An Nabawi. Juga diajak ke Uhud sekaligus ditunjukkan tempat-tempat di mana Nabi duduk, dan di mana Nabi berdiri. Dengan metode ini, murid pun langsung paham.
Selama 5 tahun dalam gemblengan Abuya Al Maliki, Al Habib Sholeh sudah mengkhatamkan kurang lebih 100 kitab. Rupanya 5 tahun belajar di Abuya Al Maliki masih dianggap kurang oleh Al Habib Sholeh. Akhirnya Al Habib Sholeh menambah lagi masa belajar beliau meski beberapa sahabatnya ada yang sudah kembali ke tanah air untuk berdakwah.
Memantapkan Langkah Dakwah
Setelah menempuh pendidikan di Ribath Al Maliki selama sepuluh tahun, Al Habib Sholeh pulang ke Indonesia tahun 1988. Kemudian beliau menikah dengan putri Al Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfagih. Al Habib Sholeh kemudian mengabdikan ilmunya mengajar di Ponpes Darul Hadits Al Faqihiyyah.
Al Habib Sholeh diwasiati oleh Abuya Al Maliki untuk menjadi penerus dakwah Rasul. "Kuunuu waratsatan nabi shallahhu 'alaihi wasallam," pesan Abuya Al Maliki. Karena itu tidak heran jika pola pengajaran dari sang guru diamalkan betul oleh Al Habib Sholeh melalui model pengajaran yang simpel tapi tepat sasaran.
Saat ini, selain menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darul Hadits Malang, beliau juga membuka majelis taklim di rumahnya, Jln. Bareng Kartini Gg. 1 No. 2, Malang yang bernama Majlis Taklim wad Dakwah Lil Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad Al Aydrus.
Aktivitas beliau memang banyak dicurahkan untuk mengajar. Pada bulan-bulan tertentu, beliau juga menyempatkan diri untuk berdakwah di berbagai daerah baik di nusantara maupun di luar negeri seperti di Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam.
Istilah sekarang, Abuya Al Maliki sangat toleran dengan perbedaan. Selain itu, kalau ada murid yang baru datang ke Makkah, Abuya Al Maliki pasti mengajaknya ke makam Rasulullah di Masjid An Nabawi. Juga diajak ke Uhud sekaligus ditunjukkan tempat-tempat di mana Nabi duduk, dan di mana Nabi berdiri. Dengan metode ini, murid pun langsung paham.
Selama 5 tahun dalam gemblengan Abuya Al Maliki, Al Habib Sholeh sudah mengkhatamkan kurang lebih 100 kitab. Rupanya 5 tahun belajar di Abuya Al Maliki masih dianggap kurang oleh Al Habib Sholeh. Akhirnya Al Habib Sholeh menambah lagi masa belajar beliau meski beberapa sahabatnya ada yang sudah kembali ke tanah air untuk berdakwah.
Memantapkan Langkah Dakwah
Setelah menempuh pendidikan di Ribath Al Maliki selama sepuluh tahun, Al Habib Sholeh pulang ke Indonesia tahun 1988. Kemudian beliau menikah dengan putri Al Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfagih. Al Habib Sholeh kemudian mengabdikan ilmunya mengajar di Ponpes Darul Hadits Al Faqihiyyah.
Al Habib Sholeh diwasiati oleh Abuya Al Maliki untuk menjadi penerus dakwah Rasul. "Kuunuu waratsatan nabi shallahhu 'alaihi wasallam," pesan Abuya Al Maliki. Karena itu tidak heran jika pola pengajaran dari sang guru diamalkan betul oleh Al Habib Sholeh melalui model pengajaran yang simpel tapi tepat sasaran.
Saat ini, selain menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darul Hadits Malang, beliau juga membuka majelis taklim di rumahnya, Jln. Bareng Kartini Gg. 1 No. 2, Malang yang bernama Majlis Taklim wad Dakwah Lil Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad Al Aydrus.
Aktivitas beliau memang banyak dicurahkan untuk mengajar. Pada bulan-bulan tertentu, beliau juga menyempatkan diri untuk berdakwah di berbagai daerah baik di nusantara maupun di luar negeri seperti di Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam.
Adapun materi yang disampaikan dalam tiap taklimnya, Al-Habib Sholeh Al
Aydrus merujuk kitab-kitab ulama salaf, seperti dalam bab fiqih
Minhajut-Thalibin, karya Imam Nawawi, Al Muhadzdzab, karya Imam Asy-Syirazi,
Minhajul Qawim, karya Imam Ibnu Hajar Al Haitami. Jam'ul Jawami’, karya Imam As
Subki untuk ushul fiqihnya.
Sedang kitab hadits yang beliau ajarkan adalah Shahih Al Bukhari, Al Adzkar an-Nawawiyah. Untuk masalah tauhid, beliau mengajarkan kitab Jauhar at Tauhid. Adapun untuk masalah tasawuf, kitab yang beliau ajarkan ialah kitab Ihya’ Ulumiddin, kitab Bidayatul Hidayah, keduanya karya Imam Al Ghazali, kitab Ar-Risalatul Qusyairiyyah, karangan Imam Al Qusyairi, kitab dan An-Nashaih ad-Diniyyah dan beberapa kitab Al Imam Al Habib Abdullah Al-Haddad.
Pesan Abuya Al Maliki agar menjadi penerus nabi telah terbukti. Al Habib Sholeh telah menjadi tumpuan umat dalam masalah agama dan dakwah. Selain berdakwah lewat taklim, Al Habib Sholeh juga telah mengarang beberapa kitab yang dijadikan acuan dalam mengajar di banyak pondok pesantren. Lebih dari itu beberapa kitab karangan beliau juga dijadikan rujukan dalam belajar mengajar di beberapa negara seperti Makkah, Madinah, Mesir dan Yaman.
Sedang kitab hadits yang beliau ajarkan adalah Shahih Al Bukhari, Al Adzkar an-Nawawiyah. Untuk masalah tauhid, beliau mengajarkan kitab Jauhar at Tauhid. Adapun untuk masalah tasawuf, kitab yang beliau ajarkan ialah kitab Ihya’ Ulumiddin, kitab Bidayatul Hidayah, keduanya karya Imam Al Ghazali, kitab Ar-Risalatul Qusyairiyyah, karangan Imam Al Qusyairi, kitab dan An-Nashaih ad-Diniyyah dan beberapa kitab Al Imam Al Habib Abdullah Al-Haddad.
Pesan Abuya Al Maliki agar menjadi penerus nabi telah terbukti. Al Habib Sholeh telah menjadi tumpuan umat dalam masalah agama dan dakwah. Selain berdakwah lewat taklim, Al Habib Sholeh juga telah mengarang beberapa kitab yang dijadikan acuan dalam mengajar di banyak pondok pesantren. Lebih dari itu beberapa kitab karangan beliau juga dijadikan rujukan dalam belajar mengajar di beberapa negara seperti Makkah, Madinah, Mesir dan Yaman.
26 April 2012 pukul 10.39
Mantap khi ,,, :) nice artikel boys
http://zaldi7.blogspot.com